Berhenti Makan Jagung kami!
[Terpesona oleh mesin, seorang petani Jepang membeli sebuah traktor besar asing untuk menanam jagung dan apel di Jepang utara. Tiga puluh tahun lalu ia konversi, namun, untuk tumbuh secara organik, konversi yang melibatkan pembelajaran tentang berbagi, tentang berpartisipasi dalam ekonomi hadiah alam. Berikut adalah salah satu pengalamannya. ]
Traktor raksasa mengubah padang gurun yang ditumbuhi menjadi lahan pada kecepatan yang mengagumkan. kekuasaan itu sensasional. Rapi bidang jagung semacam itu ditemukan di majalah-majalah asing muncul di antara semak-semak lebat. Mereka adalah Madu Bantam beragam. Itu mungkin berkat tanah yang subur yang mereka tumbuh dengan baik.
Namun, ia merasa terganggu oleh kerusakan yang disebabkan oleh anjing racoon. Tepat ketika mereka sudah siap untuk dipanen, jagung manis montok itu porak poranda.
'Aku meletakkan perangkap di beberapa tempat di sekitar ladang, tetapi akhirnya menjebak anjing rakun muda. Sang ibu tinggal di sampingnya, dan tidak lari ketika aku mendekat. Ketika saya mencoba menjangkau untuk melepaskan perangkap, anjing rakun muda memamerkan gigi dan menjadi sangat kecewa. Kelihatannya kasar, tapi aku memegang kepalanya ke bawah dengan boot karet saya seperti yang saya dibebaskan dari perangkap. Ini tidak melarikan diri sekalipun. Tepat di depan saya, ibu mulai menjilati kaki terluka satu muda. Melihat itu, aku merasa aku telah melakukan suatu kejahatan mengerikan.
Aku bilang 'Stop makan jagung kita! "Mereka. Tapi kemudian saya mulai meninggalkan tumpukan kecil jagung kedua tingkat di sekitar tepi ladang. Bila Anda menghasilkan jagung anda berakhir dengan cukup sedikit jagung yang terlihat seperti mulut ompong saya. Mereka tidak cukup baik untuk menjual. Aku meninggalkan semuanya. Keesokan paginya ketika aku pergi ke ladang, mereka akan benar-benar menghilang. Tetapi anjing-anjing rakun tidak menyebabkan kerusakan lain sama sekali. Jadi pada waktu panen saya memutuskan untuk berhenti menggunakan perangkap dan memadamkan tongkol dengan kernel hilang. Setelah itu, kerusakan oleh anjing rakun berhenti hampir sepenuhnya. Jadi saya pikir bahwa petani menderita kerusakan semacam ini karena mereka mengambil semuanya. Itulah yang muncul dalam pikiran. Bagaimanapun, kita akan berbalik apa yang digunakan untuk milik anjing-anjing rakun ke ladang. Saya khawatir bahwa jika saya benar-benar memberi mereka makan, anjing rakun akan berakhir menjadi bahkan lebih mengganggu, tapi itu tidak terjadi. Yang saya pikir aneh. Saya kira Anda dapat mengatakan bahwa mata saya dibuka untuk misteri alam. Anyway, saya menyadari bahwa alam tidak bekerja dengan cara yang kebanyakan orang pikir. Ini mungkin titik balik sejauh gagasan saya tentang apa yang disebut 'efisien' pertanian yang bersangkutan.
AWAL MOTIVASI
Motivasi
NILAI DIRI KITA
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.
***
Sahabat Resensinet, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Sahabat resensinet, seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Allah.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Perjuangan Meninggikan Kalimatullah
Abu Nu'aim telah memberitakan dari Jubair bin Nufair dari ayahnya, katanya: Ketika sedang kami duduk-duduk dengan Al-Miqdad bin Al-Aswad r.a. pada suatu hari, tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki, lalu berkata: Beruntunglah kedua belah mata yang telah melihat Rasulullah SAW. Demi Allah, kami sungguh bercita-cita jika dapat melihat apa yang engkau lihat, dan menyaksikan apa yang engkau saksikan, engkau telah mendengar, lalu engkau merasa kagum dari kebaikan yang dikatakan kepadamu!
Mendengar itu, Al-Miqdad bin Al-Aswad pun menghadapinya seraya berkata: Mengapa sampai ada seseorang di antara kamu yang bercita-cita untuk berada dalam sesuatu zaman yang telah dilewatkan oleh Allah azzawajalla, padahal dia sendiri masih tidak yakin apa yang terjadi ke atas dirinya sekiranya dia hadir pada zaman itu! Demi Allah, telah hadir di zaman Rasulullah SAW itu beberapa kaum, yang akan ditelungkupkan muka mereka menghujam neraka jahannam, karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak mempercayainya sama sekali. Bukan sebaiknya kamu bersyukur kepada Allah, karena Dia tiada melahirkan kamu, melainkan kamu telah mengenal Tuhan kamu serta mempercayai apa yang dibawa oleh Nabi kamu 'alaihis-salam, sedang kamu terhindar dari azab yang ditimpakan ke atas selain kamu itu? Demi Allah, sungguh Nabi SAW telah dibangkitkan pada suatu zaman yang sangat berat yang pernah dibangkitkan dari para Nabi yang sebelumnya. Beliau dibangkitkan pada masa yang penuh kerusakan dan jahiliah, yang mana manusia memandang agama itu tiada yang lebih baik dari menyembah berhala sebagai tuhan. Lalu beliau didatangkan membawa Al-Quran yang membedakan antara yang hak dengan yang batil, memisahkan antara ayah dan anaknya, sehingga ada orang yang mendapati ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya sendiri kafir, sedang Allah telah membuka kunci hatinya untuk menampung iman, dan dia mengetahui akan binasalah siapa yang memasuki api neraka itu, sehingga tidak betah lagi pemikirannya karena dia mengetahui bahwa ada orang yang paling dekat kekerabatnya berada di dalam api neraka! Dan hal itu tepat sekali dengan apa yang disebutkan Allah azzawajalla 'Tuhan kami! jadikanlah anak isteri kami penyelamat bagi kami!'
(Hilyatul Auliya' 1:175)
Ibnu Ishak memberitakan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, katanya:pernah suatu kali telah datang seorang dari penduduk Kufah, lalu berkata kepada Huzaifah bin Al-Yaman ra.: 'Hai Abu Abdullah!' kata orang ahli Kufah itu. 'Apakah engkau telah melihat Rasulullah dan bersahabat dengannya?' 'Ya, wahai saudaraku! ' jawab Huzaifah. 'Apakah yang sudah kamu lakukan terhadap beliau, coba ceritakan!' pinta orang dari Kufah itu. 'Kami lakukan apa yang semampu kami saja,'jawab Huzaifah.
'Demi Allah,'kata orang itu,'jika kita yang menemuinya pada zaman itu, niscaya kami tidak membiarkannya berjalan di atas bumi sama sekali, niscaya kami memikulnya di atas punggung kami!'
'Apa katamu, wahai saudaraku?!'tanya Huzaifah.'Demi Allah, aku masih ingat ketika hari menggali parit (Khandak) itu, aku dapati betapa susah-payahnya Rasulullah menanggung lapar dan dahaga, menanggung udara yang dingin dan merasa takut sekali!'
Dalam riwayat Muslim, maka berkata Huzaifah: "Engkau mengatakan yang engkau akan berbuat begitu kepada Rasulullah SAW? Aku pernah menyaksikan mereka bersama Rasulullah SAW pada malam perang Ahzab, pada suatu malam yang berangin sangat kencang dengan udaranya yang sangat dingin, betapa mereka menanggung semua itu. Kemudian Huzaifah melarang mereka mengatakan seperti itu terhadap para sahabat.
DIA
Dalam kesendirianku malam ini, kutuliskan sebuah kata hatiku . . .
Hampir setiap hembusan nafas, ku ingat dirinya . . .
Dimana aku yang sangat menyayanginya . . .
Dimana aku yang sangat mencintainya . . .
Setiap aku rindu padanya, aku pernah mengatakan . . .
“Oh tuhan aku mohon padamu, sampaikan salam rindu hatiku, ingin rasanya hamba ada di depannya, melindunginya, menjaganya, dan membahagiakanya semampuku… Oh tuhan.. jika kami memang jodoh, pertemukanlah kami dalam satu ikatan cinta. Jika kami bukan jodoh, pertemukanlah kami dalam satu ikatan persahabatan abadi”
Dan aku terus beharap agar bisa ada di sisinya setiap hembusan nafasnya..
…
Ingin aku mengakhiri dan melupakanya..
Tapi itu hal mustahil..
Karna aku sulit melupakanya..
Dan karna aku tulus mencintai DIA…
ARIF…